FIRST LOVE

yera님😼
4 min readFeb 23, 2024

--

Rasanya Skaya menemukan rumah keduanya. Bunda serta Ayah menyambut nya begitu baik, senyuman teduh mereka tenangkan hati gelisah Skaya, makanan yang Bunda masak sendiri dalam porsi banyak itu sangat enak ludes dalam hitungan menit disela perbincangan mereka.

Bunda banyak bertanya pada Skaya, dominan mengenai kehidupannya dan Skaya dengan senang hati bercerita, bahkan mengenai keempat adiknya. Sedangkan Ayah sesekali menimpali dengan cerita masa kecil Karan yang begitu nakal.

Ya, rasanya Skaya sudah diterima oleh keluarga Karan dan ia sangat bersyukur.

Setelah makan malam, Ayah meminta Karan untuk memeriksa mobil karena belakangan kendaraan itu mengeluarkan suara decit yang aneh. Mereka menuju garasi tinggalkan Bunda dan Skaya yang mengupas buah.

“Bunda mau tanya sesuatu, Kai tau kalau Karan itu ikut jasa sewa?” tanya Bunda memecah keheningan. Skaya menoleh sedikit terkejut Bunda menanyakan itu.

“Tau Bun, aku deket sama Karan karena itu walaupun sebelumnya aku juga udah suka sama dia" Bunda mengangguk pelan.

“Bunda pikir kamu gak tau, karena itu kalian deket? Syukurlah tujuan utama Aran ngelakuin itu udah terwujud"

“Eh? Tujuan utama?” Bunda menatap Skaya sesaat lalu tersenyum lembut.

“Kata Aran dia ingin jatuh cinta. Selama ini Aran gak pernah jatuh cinta, dia bahkan tanya ke Bunda gimana kalau dia gak pacaran atau nikah sampai tua. Dia pikir dengan jasa itu dia bisa jatuh cinta dan ketemu sama orang yang dia inginkan"

Skaya baru mengetahui itu, sebelumnya Karan hanya menjelaskan secara singkat alasan ia bergabung dengan The Heavenly.

“Waktu itu Aran tiba-tiba chat Bunda, dia bilang menantu titip salam. Itu pertama kalinya Aran bilang menantu Bunda agak kaget waktu itu" mengingat chat Karan buat Bunda tertawa tipis, “terus dia kirim foto kamu dia bilang dia jatuh cinta sama kamu. Akhirnya hal yang dia cari selama ini ketemu dan itu kamu, Skaya. Cinta pertama dia"

Entah kenapa hati Skaya hangat detik itu juga. Ia tersenyum malu ambil apel yang telah dikupas salah tingkah. Karan mencintainya ㅡbahkan memikirkan itu masih buat dirinya merona.

“Setelah ketemu kamu Bunda jadi paham kenapa dia akhirnya jatuh cinta. Kamu manis, Bunda gak yakin kamu seumuran sama Karan" tangan Bunda dengan pelan usap pipi Skaya yang merah merona itu.

“Bunda bisa aja" Skaya menunduk malu.

“Kalian baik-baik ya? Kalau ada masalah boleh cerita sama Bunda jangan dipendam”

“Iya Bunda, makasih ya Bun udah ngelahirin Aran. Aku bahagia ketemu sama dia, Aran anaknya penuh sama cinta dan aku yakin itu berkat Bunda dan Ayah yang sayang sama Aran. Sama seperti Bunda dan Ayah, aku juga sayang sama Aran"

Bunda menatap Skaya lama entah apa yang beliau pikirkan lalu tersenyum tipis. Air menggenang di pelupuk mata Bunda dan Skaya menyadari itu, “Bunda, kalau aku peluk boleh?”

“Bang, itu pacarnya ketemu dimana? Kok bisa?” Karan menoleh sesaat pada Ayah.

“Kenapa? Kok Ayah tanya itu?”

“Heran, kok mau sama kamu tukang bengkel ini. Dia udah kerja kan? Dosen lagi, gak cocok sama kamu" sang anak kembali menoleh kali ini terlihat kesal.

“Anak mu loh ini, Yah"

“Kamu pelet dia ya?” Karan menutup pintu mobil kali ini menatap Ayahnya sepenuhnya. Ia tau Ayah tengah mempermainkan dirinya saat ini, mobil itu tidak rusak tidak ada suara seperti yang beliau bilang, beliau hanya ingin menjahilinya. Seperti biasa.

“Iya, pelet cinta" jawabnya masuk kembali ke rumah untuk mencuci tangan.

“Main pelet, pantes aja kamu dapetin dia" Ayah mengikuti Karan tampak masih ingin menjahili anaknya.

“Emang Ayah nggak? Bunda cantik gitu kok mau sama Ayah? Bunda lebih cocok sama Om Healey soalnya lebih ganteng daripada Ayah"

“Dih kalau Bunda sama dia nanti kamu gak lahir lagian lebih ganteng Ayah lah makanya Bunda putus sama dia"

Karan yang jengah dengan Ayahnya itu berjalan menuju ruang tengah hendak mengadu pada Bunda. Namun, langkahnya terhenti melihat dua orang yang ia cintai itu tengah berpelukan. Ayah juga menghentikan langkahnya melihat itu.

“Mereka kenapa?” bisik Ayah penasaran.

“Kayaknya Bunda nangis, Yah" jawab Karan pelan.

“Nangis kenapa?”

Mereka memutuskan kembali ke garasi berikan ruang untuk Skaya dan Bunda walaupun penasaran apa yang terjadi.

“Kamu ngobrolin apa aja sama Bunda?” tanya Karan mengusap punggung tangan Skaya. Saat ini mereka menuju rumah Skaya, Karan mengantar kembali kekasihnya dengan mobil Ayah.

“Nggak ada, ngobrolin kamu aja. Eh Bunda juga cerita tadi alasan kamu gabung The Heavenly"

“Ah itu…” Karan menoleh sesaat melempar senyuman pada Skaya, “buat mencari cinta, aneh banget ya alasannya?”

“Nggak kok, kalau bukan karena alasan itu mungkin kita gak akan ketemu"

“Aku ngeliat gimana kedua orangtua aku saling cinta, aku ngeliat temen aku yang jatuh cinta, tapi aku sendiri gak pernah merasakan itu. Aku pikir dengan gabung The Heavenly aku bisa ketemu cinta aku sendiri dan ternyata iya. Aku ketemu kamu" jelas Karan angkat tangan Skaya untuk ia kecup.

“Terima kasih juga udah terima aku, Aran. Aku yakin awalnya kamu mau tolak aku waktu tau yang sewa kamu itu cowok" Karan tertawa pelan karena Skaya langsung mengetahuinya.

“Iya, awalnya aku tolak tapi Kak Jay gak ngebolehin. Waktu kencan pertama kita kamu beneran menarik dan wajah kamu yang merah itu beneran manis. Kayaknya aku jatuh cinta karena itu"

Mereka sampai di depan halaman rumah Skaya, mobil itu berhenti baik Karan dan Skaya melepas sabuk pengaman mereka tetapi tak membuka pintu untuk keluar. Karan memutar tubuhnya untuk menatap Skaya, “thank you for renting me, Kaya" ucap nya lembut.

Skaya tersenyum balas genggaman tangan Karan, “me too"

Karan mengikis jarak mereka dan ciuman tercipta. Bibir Skaya yang lembut ia pangut secara bergantian, ciuman tanpa nafsu yang begitu pelan, tangan Skaya yang lainnya mengusap pipi Karan matanya terpejam menikmati ciuman itu.

“Kaya, I love you"

I love you too, Aran"

--

--

yera님😼
yera님😼

No responses yet